TERNYATA DIRI INI MASIH BODOH
Semarang, 18 Mei 2008
Saat melihat pertandingan final Piala Uber di TV antara tim Indonesia dengan Tim China, berharap Indonesia dapat memenangkan pertandingan final itu dan menjadi juara. Setelah pentandingan selesai, dan ternyata tim Indonesia kalah dari tim China, diri ini sadar bahwa tim Indonesia tidaklah sekuat tim China. Perjuangan ternyata tidak cukup hanya dengan modal semangat dan dukungan dari masyarakat, tetapi lebih dalam lagi perjuangan lebih banyak tergantung dari individu para pemainnya. Perayaan yang dilakukan setelah semi final, seolah Indonesia telah menjadi juara beberapa hari sebelumnya ternyata tidak dapat diulangi pada final. Memang benar tim Piala Uber Indonesia telah melampaui target yang hanya lolos sampai semifinal, tetapi kekalahan di partai final seharusnya dapat dijadikan bahan pembelajaran bahwa tim piala Uber Indonesia tidaklah sekuat yang dibayangkan. Masih ada yang lebih kuat lagi.
Sama seperti tim piala Uber Indonesia yang masih perlu banyak belajar dan untuk menjadi yang terbaik tidak cukup hanya dengan motivasi dan dukungan dari orang – orang sekitar, diri ini sadar bahwa masih banyak yang harus dipelajari oleh diri ini untuk menjadi orang gedhe (baca: sukses). Belajar dari apapun, tidak memilih dan memilah tetapi menerima semua pelajaran yang diberikan universitas kehidupan tanpa protes sebelum menjalankan apa yang telah diajarkan universitas kehidupan.
Diri ini masih perlu belajar untuk meletakkan hati lebih rendah agar tampungan ilmu dapat terisi lebih banyak. Sekarang mungkin diri ini masih terlalu tinggi meletakkan hati sehingga ilmu yang didapat cuma sedikit. Ibarat sebuah gunung dan lautan, keduanya dapat menampung air, tetapi lautan sampai kapanpun menurut hukum alam akan lebih banyak menampung air daripada gunung. Beberapa gunung memang dipuncaknya ada sebuah danau atau tampungan air lainnya, tetapi tetap saja jumlah atau volume air didalamnya tetap lebih sedikit dibanding dengan air di lautan.
Kehidupan dengan contoh kehidupan alamnya ibarat sebuah papan tulis yang digunakan Tuhan untuk mengajari setiap makhluk-Nya. Diri ini sering menyebutnya dengan universitas kehidupan. Bagi sahabat yang kurang sepakat dengan istilah universitas kehidupan atau dengan istilah papan tulis Tuhan, silahkan membuat istilah sendiri yang menurut sahabat lebih tepat. Sebagian sahabat yang memilih dan serius untuk kuliah di universitas kehidupan, dengan seksama melihat dan memperhatikan papan tulis dan mendengarkan apa yang diterangkan alam, materi – materi pelajaran seperti lautan dan gunung tentunya sudah bukan merupakan hal yang asing lagi. Bahkan, sehelai daun yang jatuh pun akan dianggap sebagai sebuah pelajaran yang diberikan Tuhan melalui alamnya, berusaha mengambil makna darinya.
Semua daun yang jatuh semuanya adalah ke tanah, sebagian memang tertahan di dahan – dahan, pohon atau atap – atap rumah, tetapi jumlahnya tidaklah sebanyak yang jatuh di alam. Daun yang berada di tanha juga memberikan manfaat yang lebih besar, yaitu sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah dan menjadi sumber makanan tumbuhan. Berbeda dengan daun yang ada di atap rumah, seringkali justru menjadi sumber masalah. Sebuah ilmu yang diletakkan pada tempatnya akan memberikan lebih banyak manfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetap juga untuk orang lain.
Kembali lagi pada bahasan awal, diri ini ternyata masih bodoh apabila dilihat dari masih banyaknya pelajaran yang diberikan alam yang belum diambil, dan cenderung diabaikan oleh diri ini. Masih banyak hal yang tidak diri ini ketahui dan masih banyak yang harus diri ini pelajari. Tidak hanya belajar yang sifatnya menjejali pikiran dengan pengetahuan baru, tetapi juga belajar mengendalikan hati, menempatkan hati, menempatkan ilmu, menjaga ucapan dan tidak membiarkan tindakan dan pikiran berbuat apapun hanya mengikuti permintaan nafsu.
Sebagian sahabat memang sudah mencapai tahapan belajar yang lebih tinggi dan diri ini masih dalam proses untuk menuju kesana. Diri ini masih dalam tahapan belajar bagaimana caranya belajar. Belajar dari apapun dan belajar memahami bahasa Tuhan melalui ciptaannya. Belajar untuk bersabar dan belajar bersyukur, karena memang dengan sabar semuanya dapat berjalan tanpa beban, dengan bersyukur kita kita akankaya, merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini sehingga tidak ada keinginan untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain. Diri ini juga masih belajar bagaimana caranya hidup ikhlas sehingga tidak ada kata – kata dan perasan mengeluh saat usaha, harapan, dan doa yang telah dilakukan dan dipanjatkan tidak terwujud sekarang, bahkan seandainya semua itu tidak pernah terwujud. Semuanya memang tidak mudah untuk dijalani, tetapi tidak mudah bukan berarti tidak bisa untuk dipelajari.
Saat merasa bahwa kita tidak dapat belajar, merasa berat untuk terus belajar karena tidak adanya dukungan dari orang – orang yang kita harapkan dukungannya, belajar dari tim piala Uber Indonesia ternyata dukungan bukanlah segalanya untuk mencapai keberhasilan. Motivasi saja tidak pernah cukup tanpa adanya suatu usaha, penyerahan diri secara ikhlas kepada Pemilik ilmu dan pemilik kesuksesan. Semuanya harus berjalan seimbang, sebagaimana telah diajarkan secara menarik oleh Tuhan melalui keseimbangan alamnya. Alam tidak pernah menuntut manusia untuk menyeimbangkannya, tetapi saat manusia tidak peduli dengan keseimbangan alam, dengan sendirinya alam, dengan caranya sendiri menyeimbangkan dirinya sendiri, salah satunya dengan berbagai bencana alam.
Tataplah belajar dan mengerjakan apa yang menjadi tanggungjawabmu walaupun tidak ada orang yang peduli denganmua, tidak ada yang memberikan dukungan. Tetaplah mengerjakan apa yang ingin kamu kerjakan, tetapi jangan pernah melanggar hukum alam walaupun terkadang harus menitikkan air mata. Tetaplah mengerjakan walaupun tidak ada sumbangan tenaga dariorang – orang disekitarmnu dan kamu harus mengumpulkan tenagamu sendiri dan tetaplah mengerjakan walaupun bukan yang pertama kali kamu harus menjalani tugas dan tanggungjawabmu beratmu sendirian. Semuanya hanya karena satu alasan, karena Tuhan tidak tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar