Rabu, 16 Juli 2008

SEMUA DICIPTAKAN BUKAN TANPA PERAN

SEMUA DICIPTAKAN BUKAN TANPA PERAN
Semarang, 15 Desember 2007


Tidak ada yang sia – sia Tuhan menciptakan semua unsur dalam kehidupan. Semuanya memerankan peran masing – masing sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. Pohon, hewan, gunung, air dan bahkan bakteri mempunyai peran masing – masing dalam hidup ini. Seekor cacing tanah yang menjjikkan sekalipun mempunyai peran untuk mengurai tanah agar tanah tersebut mempunyai nilai guna yang lebih tinggi. Atau sebuah bakteripun mempunyai peran untuk menjaga kekebalan tubuh dalam diri manusia atau untuk menjaga keseimbangan. Dan masih banyak peran – peran makhluk ciptaan Tuhan yang tidak diketahui oleh manusia.

Manusia yang diciptakan paling sempurna diantara makhluk yang lain dengan dilengkapi akal, cipta dan karsa terkadang justru menjadi makhluk yang paling bermasalah dan paling menyusahkan. Layaknya seseorang yang semakin pandai, semakin banyakpula sudutpandang dan pertimbangan yang digunakan hanya untuk menentukan keputusan tertentu. Begitu juga dengan manusia, banyak hal yang dipikirkan dan dipertimbangkan untuk melangkah, melanjutkan perjalanan kehidupan yang dilaluinya. Tetapi, manusia terkadang lupa bahwa kesempurnaan itu tidak ada dalam diri manusia, sehingga sebaik apapun keputusan dalam melangkah, walaupun begitu sempurna saat pertama kali diputuskan tetapi akan kelihatan ketidaksempurnaannya dikemudian hari. Seperti yang telah diungkapkan oleh sahabat, saat sesuatu itu sudah dianggap sempurna, tinggal menunggu ketidaksempurnaannya.

Orang terkadang lupa dengan peran yang harus diperankan sebagai pemimpin dunia. Perbuatan merusak dunia seringkali justru sesuatu yang sering dilakukan manusia, atau perbuatan dan keinginan untuk menguasi justru sering bersemayam dalam diri manusia. Padahal manusia diciptakan mempunyai peran untuk merawat dan menjadi pemimpin di dunia. Seperti sebuah film atau cerita sinetron yang telah ditentukan peran dari masing – masing tokoh, saat beberapa tokoh tidak memerankan peran yang seharusnya dia perankan, maka dapat diapstikan cerita dalam film tersebut akan kacau. Begitu juga dalam kehidupan, saat manusia tidak memerankan perannya sebagai manusia di dunia ini, yang terlihat hanya kekacauan dan ketidakteraturan di sana sini. Kehidupan menjadi tidak enak untuk ditonton dan tidak nyaman untuk dilalui.

Seandainya Tuhan mempunyai sifat Maha Pemarah, mungkin kehidupan ini sudah berakhir dari zaman dulu dan digantikan dengan manusia – manusia baru untuk merawatnya. Tetapi, masih bersyukur sifat pemarah bukanlah sifat yang dimiliki Tuhan, dan bersyukur juga masih ada sebagian manusi yang memerankan perannya sebagai manusia walaupun jumlahnya semakin berkurang seiring bertambahnya hari. Seharusnya, saat ini kita perlu banyak memohon maaf kepada pemilik kehidupan karena telah membuat kekacauan di dunia ini. Tuhan, maafkanlah manusia – manusia yang membuat keonaran dan kekacauan di dunia ini. Maafkan Tuhan untuk manusia – manusia yang tidak memerankan perannya sebagai manusia dalam kehidupan ini. Maafkan kalau rasa sombong, perasaan tidak puas dan keinginan untuk memiliki lebih masih saja bersemayam dalam diri setiap manusia di dunia ini.

Kembali pada diri penulis yang mungkin merupakan salah satu dari manusia – manusia yang tidak memerankan perannya sesuai dengan skenario yang telah dibuat dalam film yang berjudul ”kehidupan”. Banyaknya permasalahan hidup yang menghampiri dan beratnya peran yang harus dijalankan terkadang mendatangkan perasaan ingin menyerah dalam hidup ini. Kalau seandainya putus asa bukan seseuatu yang di benci oleh Allah swt, mungkin diri ini telah menyerah dari dulu, putus asa dan tidak mau lagi menjalankan peran dalam hidup. Tapi, diri ini hanyalah manusia, Allahlah yang Maha Menentukan atas semua yang terjadi dalam kehidupan ini. Berharap sebuah kekuatan untuk tetap bertahan dalam memerankan manusia dalam hidup selalu didatangkan Allah swt dalam diri. Berharap kesabaran, keridhoan dan hati yang penuh rasa syukur atas apa yang ditakdirkan selalu ada dalam diri, seberapapun berat takdir itu.

Terlepas dariperan yang harus dijalnkan manusia, Allah swt punya cara tersendiri untuk mendidik dan menegur manusia agar menyadari peran yang seharusnya dijalankannya. Manusia terkadang diberi penderitaan supaya lebih kuat lagi sehingga tidak mudah menyerah dalam memerankan perannya sebagai manusia. Manusia terkadang diberi ilmu yang sedikit agar dapat belajar lebih giat lagi untuk mengenal apa itu kehidupan dan lebih bijak lagi dalam menghadapi semua hal yang terjadi dalam kehidupan sebelum memerankan perannya sebagai manusia. Khusus untuk diri ini, maafkan diri ini ya Allah seandainya penderitaan dan permasalahan kehidupan yang diri ini hadapi saat ini merupakan akibat dari kelalaian diri ini untuk memerankan peran yangseharusnya dilakukan oleh diri ini. Sadarkanlah diri ini dan bimbing diri ini agar mampu memperbaiki kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh diri ini. Mohon maaf juga kepada setiap jiwa yang kurang berkenan, sakit hati atau mengalami penderitaan akibat dari ulah diri ini yang berjalan tidak sesuai dengan jalan yang ditentukan untuk diri ini.

Tidak ada komentar: