Minggu, 20 Juli 2008

SEKOLAH : PEMBOHONG!!


SEKOLAH : PEMBOHONG!!
Semarang, 17 Mei 2008

Banyak hal memenuhi pikiranku, mulai dari ide, gagasan sampai sebuah analisis pandangan terhadap fenomena kehidupan tetapi semua itu tetap menjadi sebuah ide karena kekuranganku dalam menulis. Begitu banyak sesuatu yang harus aku pelajari, juga karena kekuranganku sehingga semuanya sampai saat ini belum juga terlaksana. Skor TOEFL yang masih kurang, kesombongan dalam diri yang masih bercokol dalam diri tidak mau pergi, pengetahuan yang masih cethek tetapi sudah merasa mengetahui semuanya. Tetapi, banyak juga pelajaran yang diri ini dapat dan alami dalam kehidupanku akhir – akhir ini.

Begitu banyak kejadian dinegeriku, disekelilingku dan yang terjadi dalam kehidupanku. Mulai dari masalah bangsa, masyarakat banyak yang melakukan protes dan penolakan kenaikan BBM. Pemerintah yang akan menjual beberapa BUMN. Pemilihan gubernur jawa tengah yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Pro kontra BLT sebagai kompensasi dari kenaikan harga BBM untuk masyarakat miskin, walaupun program BLT sebelumnya belum dapat dinilai berhasil. Partai politik yang saling pecah dan terpisah-pisah. Terakhir adalah kesuksesan tim uber Indonesia melaju ke final dan kekalahan tim tomas Indonesia melaju ke final.

Prihatin apabila melihat kondisi bangsaku. Menangis sedih apabila melihal permasalahan yang selalu menghimpit bangsaku. Para elit politik seperti hanya ingin meraih kekuasaan tanpa mempedulikan rakyat. Saat membutuhkan rakyat, semuanya beramai – ramai mendatangi rakyat, mencari dukungan, sebagian orang berkata bahwa itu demokrasi. Setelah semuanya mendapatkan keinginan dirinya dari rakyat, sepertinya orang-orang ini mulai meninggalkan dan mencampakkan rakyat. Katanya demokrasi dapat mensejahterakan rakyat karena rakyat yang menentukan arah bangsa ini, tetapi kenyataannya rakyat Indonesia banyak yang menderita ditengah-tengah kayanya bangsa Indonesia dan penghargan dunia terhadap pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Semuanya serba bikin orang mengernyitkan dahi, bingung dengan semua yang terjadi, atau memang diri ini saja yang bingung karena dangkalnya pengetahuan tentang demokrasi ditambah dengan kuper (baca: kurang kumpul) dan gaptek (baca: gagap teknologi) yang ada dalam diri ini.

Saat diri ini mencoba melihat fenomena permasalahan lebih dalam lagi, heran dan tambah bingung semakin menghampiri dan kerasan (baca: betah) bersama diri ini. Nasib bangsa Indonesia ternyata banyak ditentukan orang – orang tertentu yang merasa dirinya memiliki bangsa Indonesia, lebih parah lagi mereka semua terlalu tunduk patuh terhadap intervensi dari bangsa asing. Katanya bangsa Indonesia ini miliknya rakyat, dengan demokrasi rakyat yang berwenang membuat kabijakan, apalagi apabila teringan dengan pelajaran yang didapat di bangku Sekolah Dasar (SD) yang mengatakan bahwa demokrasi itu pemerintahan dari, untuk, dan oleh rakyat. Yang salah itu ajaran dan pengetahuan yang diri ini dapatkan tentang demokrasi atau memang demokrasi itu seperti yang diriini lihat saat ini?.

Orang-orang yang merasa memiliki Indonesia tadi dengan tidak merasa bersalah sama sekali juga dengan tanpa beban menjual aset rakyat, ladang rakyat, sumber penghasilan rakyat kepada luar negeri. Akan makan apa rakyat Indonesia kalau ladangnya sudah dijual, sumber penghasilannya diserahkan pada orang lain, sekarang saja masalah pangan masih menghimpit bangsa Indonesia. Heran diri ini saat melihat salah satupasal dalam UUD 1945 yang mengamanahkan aset – aset negara yang berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Tidak ada kata – kata bangsa asing dalam pasal tersebut. Ada yang salah dengan bangsaku, tetapi yang salah dimana juga tidak tahu karena memang keinginan untuk mencarinya dan memperbaikinya tidak dimiliki para penguasa bangsa ini, bangsa Indonesia. Para penguasa hanya tunduk patuh, sendiko dawuh dumateng perintah nafsu pribadi dan keinginan luar negeri.

Itu semua yang saya ceritakan di atas adalah kejadian di luar diri, kejadian di dalam diriku sendiri sebenarnya tidak kalah rumitnya bila dibandingkan masalah diatas. Keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik ternyata tidak semudah harapan, untuk menjadi orang baik itu ternyata sulit. Semua itu memang hanya pandanganku, tidak tahu dengan pandangan yang lainnya. Masih saja ada rasa sombong dan merasa paling bisa dalam diri ini. Semuanya memang sumber pembelajaran yang tidak kalah bermanfaat dari pelajaran yang diperoleh di sekolahan atau di kampus. Pelajaran kehiduapan dari universitas kehidupan

Dengan melihat fenomena tersebut di atas, terkadang diri ini justru berfikir apakah masih perlu institusi yangbernama sekolah. Buktinya apa yang aku dapatakan di SD dulu tidak sesuai dengan kenyataan. Pelajaran dari universitas kehidupan juga aku rasakan jauh lebih bermanfaat dibanding pelajaran yang diri ini dapatkan dari bangku sekolah atau universitas formal. Lebih jelas lagi, sekolah formal itu hanya institusi yang didalamnya sering dikumandangkan kebohongan yang meninabobokkan siswanya, yang tidak akan mengembangan siswanya kecuali siswanya tersebut dengan kemauan sendiri mau belajar dari segala fenomena diluar sekolah formal. Ini hanyalah sebuah pandangan dari orang biasa dengan kempuan yang biasa tentunya, jadi biarkanlah berlalu saat tidak sependapat dengan pendapat ini.

Tidak ada komentar: