Pemulung Ilmu, 18 Mei 2011
Kembali dengan kebiasaan lama, merenung dan berdialog dengan diri. Belajar dari fenomena yang terjadi di luar diri, belajar masuk kedalam diri dan seperti kebiasaan sebelumnya, diri ini bertemu dengan sebuah rasa heran yang sangat, bertambah heran dan semakin heran saat bertanya kepada diri sendiri tentang semua fenomena yang dilihat di luar dan di dalam diri.
Mungkin semua itu menunjukkan kalau diri ini belumlah menjadi orang yang bijaksana karena masih merasa heran dengan sebuah ketentuan yang telah digariskan Tuhan, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang Guru yang telah dikatakan bijaksana oleh sebagian sahabat. Bukankah semua yang terjadi dalam dunia ini adalah atas seizin Tuhan, bahkan tidak ada daun yang jatuh jika Tuhan tidak mengijinkan? Maafkan diri ini Tuhan jika masih menyimpan rasa heran dalam diri, maafkan juga Guru bila belum dapat sebijaksana Anda.
Kembali lagi pada rasa heran dalam diri, sebenarnya apa yang salah dengan kehidupan ini? Mungkin sebuah pertanyaan bodoh karena jawabannya sudah jelas, tidak ada yang salah dengan kehidupan, manusialah yang salah, tetapi manusia yang bagaimana yang dikatakan salah tersebut? Jangan-jangan diri ini juga termasuk manusia yang salah tersebut? Ampuni diri ini Tuhan jika termasuk kedalam golongan manusia yang salah tersebut, semoga Engkau tidak bosan untuk selalu membimbing diri ini untuk keluar dari kebiasaan dan perilaku yang salah.
Mungkin salah satu ciri manusia yang salah tersebut adalah manusia yang sadar dengan yang dilakukannya, tetapi dia juga sadar bahwa yang dilakukannya itu adalah suatu kesalahan dan dosa. Bukan bermaksud menghakimi, atau bahkan menilai tetapi kalau arti gangguan jiwa skizofrenia diartikan sebagai ketidaksesuaian antara yang dirasakan dalam hati dengan yang dikeluarkan dalam bentuk kata dan perbuatan, mungkin separo lebih dari penduduk negeri ini sedang menderita sakit jiwa. Hampir 70%, bahkan lebih dari aparatur negeri ini, termasuk anggota dewan yang terhormat saat ini sedang menderita gangguan jiwa skizofrenia.
Sebelumnya mohon maaf, data tersebut diatas memang tidak bersumber dari sebuah penelitian ilmiah dengan segala metodenya “yang sarwo” hebat seolah tidak ada celah, jadi kalau ada sahabat yang tidak setuju dengan data tersebut diatas, dengan segala kerendahan hati diri ini akan menghargai dan menghormati pendapat tersebut. Data tersebut hanyalah sebuah hasil pemikiran dari seorang diri yang jauh dari genius dan juga jauh dari bijaksana yang hidup di negeri demokrasi yang menurut perkataan para ahli, negeri yang berdemokrasi itu rakyatnya bebas mengeluarkan pendapatnya.
Diri ini yakin dan percaya, orang-orang yang saat ini menduduki jabatan di negeri ini, termasuk anggota dewan yang terhormat bukanlah orang-orang yang bodoh, tapi adalah orang yang cerdas yang berpendidikan. Ada seorang sarjana, magister, doctor dan bahkan professor disana, tetapi ternyata negeri ini masih jauh dari kata maju. Atau mungkin karena terlalu cerdas sehingga mampu mengelabuhi masyarakatnya dengan argument, perkataan dan berperilaku yang tidak sesuai dengan hati nuraninya? Kalau memang benar seperti itu yang terjadi, lalu untuk apa sekolah yang tinggi? Alangkah anehnya kehidupan di negeri yang bernama Indonesia ini.
Tambah tercengang diri ini melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, segelintir orang merayakan ulang tahun Israel dengan dalih negeri ini adalah negeri demokrasi yang setiap orang bebas mengekspresikan segalanya. Aneh, sebenarnya apa yang dimaksud demokrasi itu sampai semua orang merasa benar dengan setiap perilaku yang dilakukan di negeri ini, walaupun itu demi kepentingan pribadi dan golongannya. Apakah bebas mengekspresikan segalanya tanpa sebuah aturan itu yang disebut demokrasi? Berarti demokrasi sama dong dengan liberal? Bahkan kalau diri ini diizinkan untuk menilai, negara Amerika atau sebagian Negara Eropa yang katanya liberal itu sepertinya juga hidup dengan aturan dan bukan bebas sebebas-bebasnya. Kesimpulannya negeriku saat ini telah menjadi negara liberal yang lebih dari negara yang telah memproklamirkan liberal dan lebih bebas dari negara yang menganut kebebasan.
Kembali lagi dengan kata “aneh”, katanya Negara ini adalah Negara beragama dengan sila pertama dasar Negara “Ketuhanan yang Maha Esa”, penduduknya semua beragama, setidaknya dalam KTP, tapi kenapa negeri ini seperti negeri yang tidak beragama? Kejahatan dan pembunuhan hamper terjadi setiap hari. Pemakai narkoba dan penganut sex bebas tak terhitung jumlahnya di negeri ini. Kasus korupsi terjadi hamper di semua instansi negeri. Bukankah semua itu adalah perbuatan yang dilarang agama? negeri ini memang begitu aneh, bahkan telah menjadi negeri skizofrenia karena perilaku dalam bernegaranya tidak sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh Negara.