PENCIPTA, MANUSIA DAN BAHAGIA
Oleh : Perdhana Ari Sudewo
Semakin hari, semakin jauh manusia dari dirinya sendiri. Permasalahan hidup dan tekanan hidup yang semakin sulit, pemenuhan kebutuhan yang dirasa semakin berat, kondisi perekonomian yang semakin tidak menentu sering dijadikan alasan kenapa untuk mengenal diri sendiri saja seperti tidak ada waktu. Sebagian orang bahkan tidak bisa menerima kondisi dirinya sendiri sehingga setiap hari pekerjaannya hanyalah membandingkan dirinya dengan orang lain dan berkata, seandainya aku bisa seperti mereka pasti aku akan lebih baik lagi, seandainya bentuk tubuhku lebih cantik sedikit saja pasti aku akan lebih bahagia, kenapa sih aku diciptakan berbeda dengan mereka? Dan masih banyak keluhan dan omelan lagi yang keluar dari mulut orang-orang jenis ini.
Satu hal yang sering didambakan setiap orang adalah sebuah kebahagiaan hidup. Berbagai cara dilakukan setiap orang untuk mendapatkan hal yang dinamakan “kebahagiaan”. Ada yang menganalogikan kebahagiaan itu dengan harta, jadi mereka yang mempunyai harta banyak akan bahagia dan yang “kere” tidak bahagia. Ada yang mengatakan kebahagiaan itu dekat sekali dengan rasa syukur, walaupun kita tidak mempunyai harta tetapi asal kita bisa mensyukuri apa yang kita punyai, maka kita akan bahagia. Ada yang mengatakan kebahagiaan itu berteman dengan kepuasan hidup. Ada yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu syaratnya adalah sebuah kesempurnaan. Ada yang berpendapat letak kebahagiaan itu ada diluar diri kita sehingga kita harus mencari kebahagiaan itu diluar diri kita. Ada yang mengatakan letak kebahagiaan itu ada dalam diri kita, diri setiap orang sehingga tidak perlu pergi kemana-mana untuk mencari kebahagiaan, cukup sendiri berdialog dengan diri, masuk dalam diri kita sendiri dan mencari kebahagiaan itu. Ada lagi yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu ada diluar dan didalam diri kita dan keduanya harus seimbang.
Kebahagiaan memang tidak sama dilhat dari masing-masing kacamata orang. Tetapi, apapun pendapat tentang kebahagiaan dan apa saja yang dikatakan dan dilakukan mereka, semua wajib dihormati karena memang tiap orang diciptakan berbeda. Sama seperti orang-orang yang mempunyai pandangan sendiri-sendiri tentang kehidupan dan kebahagiaan, saya pun juga mempunyai pandangan sendiri tentang kehidupan dan kebahagian. Manusia dilahirkan jauh setelah dunia dan kehidupan ini ada, tidak mungkin sesuatu itu ada tanpa ada yang menciptakan atau faktor penyebab sesuatu itu ada. Begitu juga dengan hidup ini, pasti ada yang menciptakannya dan berarti Dia yang menciptakan adalah yang menguasai dan memiliki kehidupan.
Orang yang menciptakan suatu barang pasti mengerti spesifikasi barang yang diciptakannya, kalau barang itu rusak pasti akan lebih mudah diperbaiki dan tentunya hasilnya akan lebih bagus kalau orang yang menciptakannya sendiri yang memperbaikinya. Begitu juga dengan kehidupan ini, Sang Pencipta kehidupan telah menciptakan kehidupan ini lengkap dengan komponen – komponen yang menyertainya. Ada kebahagiaan dan penderitaan, ada tawa dan tangis, ada senyum dan cemberut, ada kesejahteraan dan kesengsaraan, ada laki-laki dan perempuan dan masih banyak lagi komponen lain yang menyertai terciptanya kehidupan ini. Satu hal yang patut kita renungkan dan kita mengerti adalah apa yang sebenarnya dicari manusia, bahkan manusia itu sendiri, hanyalah bagian dari komponen-komponen yang diciptakan Sang Pencipta yang menyertai terciptanya kehidupan. Kalau kita adalah salah satu dari ciptaanNya, maka untuk mendapatkan suatu kebahagiaan maka akan lebih tepat kalau kita mengembalikanNya kepada Sang Pencipta diri kita dan Sang pencipta Kebahagiaan itu.
Sebelum itu, tentunya kita harus mengenal Sang Pencipta itu terlebih dahulu. Mana mungkin mengembalikan suatu barang pada penciptanya kalau penciptanya sendiri kita tidak tahu siapa orangnya. Sang Pencipta itu sering orang – orang menyebutnya dengan sebutan Allah SWT, atau ada lagi orang yang menyebutnya dengan sebutan Tuhan, walaupun kadang ini juga mengalami kerancuan yang dimaksud tuhan itu tuhan yang mana. Apakah Tuhan yang dimaksud tersebut sama dengan Allah SWT ataukah ada tuhan yang lainnya menurut orang yang menyebutnya tadi. Kembali lagi, itu adalah pandangan orang dengan kaca matanya sendiri-sendiri.
Dapat diambil suatu benang merah bahwa letak kebahagiaan itu ada pada Tuhan, Allah SWT yang menciptakan kebahagiaan. Saat dekat denganNya berarti juga kita sudah dekat dengan apa yang dinamakan kebahagiaan, tetapi saat kita jauh dariNya, kita pun juga jauh dari apa yang dinamakan kebahagiaan. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa orang itu sudah bahagia walaupun merasa tidak dekat dengan Allah, yang terjadi sesungguhnya adalah Allah itu yang dekat dengan mereka tetapi mereka tidak menyadari akan hal tersebut. Biasanya kalau mereka tidak juga menyadarinya, kebahagiaan itu pasti tidak akan hinggap pada mereka dalam jangka waktu yang lama. Allah memang ada dimana-mana, kemanapun manusia memandang maka disitu ada Allah, bahkan Allah itu lebih dekat dari urat nadi sekalipun.
Mengenai caranya agar kita lebih dekat lagi dengan Allah, sudah ada caranya sendiri. Salah satunya adalah dengan kita bersyukur. Karena hanya dengan syukur kita merasa bahwa kita tidak kekurangan, hanya dengan syukur kita merasa bahwa hidup ini sudah cukup sehingga yang ada hanyalah kebahagiaan karena merasa Allah telah memberikan karuniaNya, hanya dengan syukur kita akan jauh dari nafsu dan rasa tidak puas, dan hanya dengan syukur kita bisa mengetahui kenapa kita diciptakan di dunia ini untuk mengarungi sebuah samudera yang dinamakan kehidupan.
Tidak ada yang kebetulan dalam hidup, tidak ada yang namanya keberuntungan. Semuanya telah diatur oleh Allah, tetapi dibalik itu semua Allah juga menyuruh kita untuk mencari dan berusaha. Sama seperti kalau kita ingin mengadakan suatu acara, kita disuruh untuk mempersiapkan acara itu, menyusun rencana, menganggarkan biaya dan membuat proposal yang kemudian proposal itu diajukan kepada orang – orang terkait dengan harapn kegiatan itu dapat disetujui dan diizinkan untuk dilaksanakan. Itu kalau dalam lingkup antar manusia, mungkin hal tersebut juga sama dihadapan Allah, hanya saja yang membedakan hanyalah tingkat ketaqwaan orang – orang tersebut, termasuk juga seberapa besar rasa syukurnya kepada Allah. Dalam tataran kehidupan pun, ada beberapa hal yang memang itu sudah menjadi ketentuan Allah, misalnya kematian. Tetapi ada juga hal lain yang memang manusia harus mencarinya, salah satunya adalah kebahagiaan hidup. Kita pun disuruh untuk berusaha, berencana, mengajukan permohonan dan tidak berpangku tangan karena menganggap kalau semua ini sudah ada yang mengaturnya. Allah nanti tinggal mengizinkan apakah rencana dan usaha kita itu dapat terlaksana atau tidak, apakah permohonan kita itu dapat disetujui atau tidak oleh Allah.
Saat seseorang meminta sesuatu pada orang lain, pasti orang yang dimintai itu ada pertimbangan lain yang menyebabkan permintaan tersebut dipenuhi atau tidak. Bisa dengan melihat seberapa serius orang tadi meminta, atau melihat seberapa besar usaha dari orang yang meminta tersebut. Kecuali kalau orang yang meminta tadi sudah dekat dengan orang yang dimintai, ada pertimbangan lain untuk memutuskan permintaan tersebut dipenuhi atau tidak. Begitu juga apabila orang yang meminta tersebut adalah orang yang disukai oleh orang yang dimintai, pasti orang yang dimintai akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan tersebut.
Begitu juga saat kita meminta dan memohon kepada Allah, ada pertimbangan-pertimbangan yang mempengaruhi apakah permintaan dan permohonan kita tadi disetujui atau tidak oleh Allah. Allah memang Maha Penyayang sehingga permintaan setiap hambanya pasti akan dikabulkan, tetapi Allah akan lebih mudah mengabulkan permohonan dari orang – orang yang dekat dengan Allah, mengingat Allah saat pagi dan sore hari dan selalu melakukan perbuatan yang disukai oleh Allah.
Itu semua hanyalah sebuah pendapat dan pandangan tentang kebahagiaan dari penulis jadi sah – sah saja kalau ada orang yang tidak setuju dengan pandangan tadi. Ada orang – orang yang sudah begitu dekatnya dengan Allah sehingga dia adalah orang yang sangat bahagia, tetapi tidak sedikit orang yang jauh dari Allah sehingga setiap hari yang dirasakan hanyalah susahnya hidup, penderitaan dan keluhan tidak pernah berhenti dari mulut orang-orang tipe ini. Penulis disini sadar bahwa penulis juga sama dengan kebanyakan orang yang masih mencari kebahagiaan dan berusaha untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada Sang pemilik kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar