INDONESIA MENANTI REVOLUSI
Oleh : Perdhana Ari Sudewo
24 Juni 2008
Bunga – bunga revolusi hanya dapat mekar tatkala aksi terefleksikan dalam sebuah gerakan progresif. Bidang seorang sarjana adalah berfikir, maka kewajiban kitalah buat merawat bunga yang sedang kuncup itu.
(Soe Hok Gie)
Sebuah revolusi tidak hadir dari sebuah pikiran atau gagasan cerdas seseorang. Revolusi bukanlah hasil pemikiran yang luar biasa, tetapi revolusi tercipta karena situasi sosial, politik, ekonomi dan psikologis masyarakat yang mendukung terjadinya revolusi. Tujuan sebuh revolusi adalah menentukan golongan rakyat mana yang akan memegang kekuasaan negeri, politik, dan ekonomi. Semakin besar kekayaan pada satu pihak, semakin besar pula penderitaan dan kesengsaraan di pihak lainnya. Semakin besar jurang antara kelas yang memerintah dengan kelas yang diperintah, semakin besar pula bola revolusi akan bergulir.
Alam memang mempunyai hukumnya sendiri yang manusia tidak dapat ikut campur tangan didalamnya. Hukum tersebut adalah sebuah hukum keseimbangan dimana alam akan mengatur keseimbangnnya sendiri, dengan caranya sendiri saat manusia sudah tidak peduli dengan keseimbangan alam. Kondisi perekonomian, politik, sosial dan psikologis masyarakat yang tidak berada dalam keseimbangan berpotensi besar untuk alam mengambil alih tugas manusia untuk menerapkan hukum keseimbangan didalamnya.
Kekacauan tatanan sosial, perebutan politik dan penguasaan perekonomian oleh sekelompok orang terjadi saat ini di Indonesia. Penguasan mengerahkan segenap kemampuan dan kekuatan untuk melanggengkan kekuasaan. Kaum borjuis dengan modal kekayaannya menggunakan kekuasaan dan orang – orang yang duduk dalam kekuasaan untuk memeras negara, keringat wrga negara untuk semakin memperkaya diri. Kaum buruh dan petani semakin terpinggirkan dalam penderitaan dan kemiskinan. Tenaganya setiap hari diperas tanpa suatu imbalan yang memadai, kaum petani bersusah payah bekerja dalam ladangnya tetapi padi yang dihasilkannya tidak dihargai sama sekali oleh penguasa dan kaum borjuis. Hukum telah dikuasai kaum borjuis untuk membuat suatu peraturan negara yang semakin melanggengkan posisinya sebagai orang berpunya dan bermodal. Media juga telah dikuasi oleh penguasan dan kaum borjuis untuk membuat suatu berita yang meninabobokkan masyarakat, membuat kebohongan besar – besaran demi suatu tujuan, memperoleh profit yang sebesar – besrnya dengan pengeluaran yang sekecil – kecilnya. Globalisasi digulirkan oleh kaum borjuis sebagai bentuk pembodohan terhadap masyarakat dan sekaligus sebagai kendaraan untuk menguasai perekonomian negara dan dunia.
Demokrasi telah dipelintir sedemian rupa sehingga hasil dari demokrasi tetap berpihak kepada kepentingan penguasa dan kaum borjuis. Slogan demokrasi dari, oleh, dan untuk rakyat yang menjadi impian para pendiri bangsa telah dialihkan fungsinya menjadi dari, oleh, dan untuk penguasa dan kaum borjuis. Masyarakat dininabobokkan dan diberi impian dengan istilah demokrasi yang disampaikan begitu indah dan mulianya untuk mengangkat perekonomian dan kondisi sosial masyarakat, tetapi semuanya adalah bualan dari penguasa dan kaum borjuis untuk semakin memperkokoh posisinya. Demonstrasi dan suara yang digemakan oleh mahasiswa, yang notabene adalah suara rakyat hanya dianggap sebagai angin lalu sebagai pelengkap bumbu demokrasi. Ketimpangan kondisi sosial dan perekonomian terlihat begitu nyatanya. Setiap hari, kaum berpunya semakin menunjukkan eksistensinya sebagai orang kaya dan kaum buruh, petani dan orang miskin semakin hari semkin menunjukkan kemiskinanya. Keputusan pemerintah yang diharapkan akan menjadi penolong rakyat karena yang menjadikan pemerintah adalah rakyat ternyata juga jauh dari harapan rakyat. Keputusan menaikkan harga BBM jelas bukan suatu keputusan yang memihak kepada rakyat.
Indonesia saat ini menanti revolusi bergulir sebagai bentuk hukum keseimbangan alam. Sekali lagi, bukan manusia yang mencetuskan ide demokrasi, tetap kondisi perekonoman, politik, sosial dan psikologis yang timpang dalam kelas masyarakat yang memicu timbulnya revolusi. Bukan pula akibat ulah mahasiswa yang melakukan demosntrasi karena mahasiswa hanya melakukan perawatan terhadap kuncup revolusi yang mulai mekar agar tidak mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar