Minggu, 29 Juni 2008

CINTA

Oleh : Perdhana Ari Sudewo


Cinta sering kali tidak dapat didefinisikan, tetapi cinta selalu dapat dirasakan kehadirannya. Cinta memang tidak berbentuk dan tidak dapat dilihat oleh indera, tetapi kehadiran dan kekuatannya dapat mendamaikan dunia. Alangkah bersyukurnya orang yang masih merasakan cinta di hatinya dan alangkah ruginya orang yang tidak dapat merasakan cinta dalam hatinya.

Terkadang orang terlalu menuntut cinta untuk mendatangkan kebahagiaan, tetapi lupa bahwa cinta tidak memberikan apa – apa kecuali cinta itu sendiri. Cinta juga tidak terlepas dari hukum alam yang telah di tetapkan Allah swt, diantaranya hukum berpasang – pasangan pada semua makhluk yang diciptakan Allah swt dan juga hukum keseimbangan alam.

Semuanya memang telah diciptakan berpasang – pasangan oleh Allah swt, begitu juga dengan kebahagiaan yang diciptakan berpasangan dengan penderitaan. Tetapi, hukum alam juga mengatakan bahwa malam pasti akan tergantikan oleh siang dan hujan pasti akan reda. Pekat dan gelapnya malam hanya menunjukkan bahwa malan akan segera berakhir dan pagi akan segera datang. Saat penderitaan datang menghampiri, pedih dan perihnya sakit yang kita rasakan hanyalah sebuah tanda bahwa hukum Allah swt segera akan berlaku, dengan sedikit kesabaran, keikhlasan yang dibarengai dengan rasa syukur, semuanya akan segera berganti dengan kebahagiaan. Semuanya telah diciptakan dengan keseimbangan oleh Allah swt dan swt Allah tidak mungkin akan membebankan sesuatu kepada makhluknya diatas kemampuan yang dimiliki makhluknya. Semuanya sudah diukur dan terukur sesuai dengan ketentuan Allah swt.

Ada orang yang bahagia karena cinta, frustasi karena cinta, bersedih dan patah hati karena cinta, bahkan ada orang yang rela mati, katanya karena cinta. Kalau semuanya itu benar adanya, betapa dasyat kekuatan yang dihasilkan oleh cinta. Cintailah cinta, seperti sebuah judul lagu yang dinyanyikan oleh dewa mungkin merupakan istilah yang tepat. Cintailah cinta kalau tidak ingin cinta menyakiti hatimu. Cintailah cinta kalau tidak ingin cinta membawa penderitaan untukmu. Cintailah cinta kalau kamu ingin melihat kedamaian di dunia ini. Cintailah cinta kalau kamu ingin bahagia karena cinta. Cintailah cinta karena cinta adalah karunia dari Sang Maha Pengasih dan Penyayang.

Tidak akan pernh habis saat membahas tentang cinta. Begitu luas cakupan dari cinta. Begitu picik seseorang saat membatasi cinta hanya pada pasangan hidup,apalagi kalau pasangan hidup tersebut belum resmi menjadi mliknya. Semua orang saya kira akan sepakat bahwa cinta Ibu kepada anaknya merupakan salah satu bentuk cinta terbesar di dunia ini. Bahkan, sebagian sahabat berkata bahwa cinta Ibu itu sepanjang hayat kehidupan, sebuah istilah untuk menggambarkan betapa besarnya cinta seorang Ibu.

Banyak tulisan yang membahas tentang apa itu cinta. Dalam buku ini juga akan dibahas tentang cinta dalam tulisan. Tetapi, dari semua tulisan, puisi, roman, cerpen, novel yang menceritakan tentang cinta tidak akan pernah sebanding dengan besarnya cinta Allah swt kepada ciptaan-Nya. Cinta yang tak akan pernah berakhir sekalipun semua orang tidak mengingat Allah swt seperti matahari yang tiada bosan memberikan sinarnya ke dunia.


Rabu, 25 Juni 2008

INDONESIA MENANTI REVOLUSI

INDONESIA MENANTI REVOLUSI

Oleh : Perdhana Ari Sudewo

24 Juni 2008


Bunga – bunga revolusi hanya dapat mekar tatkala aksi terefleksikan dalam sebuah gerakan progresif. Bidang seorang sarjana adalah berfikir, maka kewajiban kitalah buat merawat bunga yang sedang kuncup itu.

(Soe Hok Gie)


Sebuah revolusi tidak hadir dari sebuah pikiran atau gagasan cerdas seseorang. Revolusi bukanlah hasil pemikiran yang luar biasa, tetapi revolusi tercipta karena situasi sosial, politik, ekonomi dan psikologis masyarakat yang mendukung terjadinya revolusi. Tujuan sebuh revolusi adalah menentukan golongan rakyat mana yang akan memegang kekuasaan negeri, politik, dan ekonomi. Semakin besar kekayaan pada satu pihak, semakin besar pula penderitaan dan kesengsaraan di pihak lainnya. Semakin besar jurang antara kelas yang memerintah dengan kelas yang diperintah, semakin besar pula bola revolusi akan bergulir.

Alam memang mempunyai hukumnya sendiri yang manusia tidak dapat ikut campur tangan didalamnya. Hukum tersebut adalah sebuah hukum keseimbangan dimana alam akan mengatur keseimbangnnya sendiri, dengan caranya sendiri saat manusia sudah tidak peduli dengan keseimbangan alam. Kondisi perekonomian, politik, sosial dan psikologis masyarakat yang tidak berada dalam keseimbangan berpotensi besar untuk alam mengambil alih tugas manusia untuk menerapkan hukum keseimbangan didalamnya.

Kekacauan tatanan sosial, perebutan politik dan penguasaan perekonomian oleh sekelompok orang terjadi saat ini di Indonesia. Penguasan mengerahkan segenap kemampuan dan kekuatan untuk melanggengkan kekuasaan. Kaum borjuis dengan modal kekayaannya menggunakan kekuasaan dan orang – orang yang duduk dalam kekuasaan untuk memeras negara, keringat wrga negara untuk semakin memperkaya diri. Kaum buruh dan petani semakin terpinggirkan dalam penderitaan dan kemiskinan. Tenaganya setiap hari diperas tanpa suatu imbalan yang memadai, kaum petani bersusah payah bekerja dalam ladangnya tetapi padi yang dihasilkannya tidak dihargai sama sekali oleh penguasa dan kaum borjuis. Hukum telah dikuasai kaum borjuis untuk membuat suatu peraturan negara yang semakin melanggengkan posisinya sebagai orang berpunya dan bermodal. Media juga telah dikuasi oleh penguasan dan kaum borjuis untuk membuat suatu berita yang meninabobokkan masyarakat, membuat kebohongan besar – besaran demi suatu tujuan, memperoleh profit yang sebesar – besrnya dengan pengeluaran yang sekecil – kecilnya. Globalisasi digulirkan oleh kaum borjuis sebagai bentuk pembodohan terhadap masyarakat dan sekaligus sebagai kendaraan untuk menguasai perekonomian negara dan dunia.

Demokrasi telah dipelintir sedemian rupa sehingga hasil dari demokrasi tetap berpihak kepada kepentingan penguasa dan kaum borjuis. Slogan demokrasi dari, oleh, dan untuk rakyat yang menjadi impian para pendiri bangsa telah dialihkan fungsinya menjadi dari, oleh, dan untuk penguasa dan kaum borjuis. Masyarakat dininabobokkan dan diberi impian dengan istilah demokrasi yang disampaikan begitu indah dan mulianya untuk mengangkat perekonomian dan kondisi sosial masyarakat, tetapi semuanya adalah bualan dari penguasa dan kaum borjuis untuk semakin memperkokoh posisinya. Demonstrasi dan suara yang digemakan oleh mahasiswa, yang notabene adalah suara rakyat hanya dianggap sebagai angin lalu sebagai pelengkap bumbu demokrasi. Ketimpangan kondisi sosial dan perekonomian terlihat begitu nyatanya. Setiap hari, kaum berpunya semakin menunjukkan eksistensinya sebagai orang kaya dan kaum buruh, petani dan orang miskin semakin hari semkin menunjukkan kemiskinanya. Keputusan pemerintah yang diharapkan akan menjadi penolong rakyat karena yang menjadikan pemerintah adalah rakyat ternyata juga jauh dari harapan rakyat. Keputusan menaikkan harga BBM jelas bukan suatu keputusan yang memihak kepada rakyat.

Indonesia saat ini menanti revolusi bergulir sebagai bentuk hukum keseimbangan alam. Sekali lagi, bukan manusia yang mencetuskan ide demokrasi, tetap kondisi perekonoman, politik, sosial dan psikologis yang timpang dalam kelas masyarakat yang memicu timbulnya revolusi. Bukan pula akibat ulah mahasiswa yang melakukan demosntrasi karena mahasiswa hanya melakukan perawatan terhadap kuncup revolusi yang mulai mekar agar tidak mati.

Senin, 16 Juni 2008

HATI NURANI


Hati Nurani
Oleh : Perdhana Ari Sudewo

Semua orang tidak asing lagi dengan kata – kata atau istilah hati nurani. Para elit politik sering menggunakan dan mengucapkan hati nurani saat melakukan kampanye. Para pecinta sering mengatakan dan menggunakan istilah hati nurani untuk mengungkapkan cintanya. Ada juga orang yang mengatakan bahwa hati nurani adalah sumber kebenaran. Bahkan, sekarang ada partai politik yang menggunakan nama hati nurani. Semuanya memang boleh berpendapat dan menggunakan istilah hati nurani untuk melakukan apa saja, tidak ada seseorang yang mematenkan istilah hati nurani kan?
Sebenarnya apakah itu hati nurani? Apakah sebuah kata – kata manjur untuk mencari kekuasan sehingga banyak elit politik menggunakannya untuk memenangkan pemilihan umum, entah memilih anggota legislatif atau memilih pimpinan daerah dan presiden. Ataukah kata – kata yang sangat manjur untuk merebut cinta seseorang dan membuktikan bahwa seseorang dapat dengan mudah memperoleh cowok atau cewek. Atau justru sebuah kata yang indah sehingga untuk menamakan suatu partai harus menggunakan kata – kata hati nurani. Mohon maaf bagi yang tersinggung, tetapi apakah sebegitu rendahnya sebuah makna dari hati nurani? Seperti sebuah uang yang dapat digunakan untuk membeli sebuah kekuasaan atau uang yang dapat digunakan untuk membeli cinta seseorang?
Sebagian sahabat yang menurut orang – orang adalah orang bijak mengatakan bahwa hati nurani adalah sebuah penjelmaan dari sifat – sifat Tuhan pada manusia sehingga hati nurani adalah sesuatu yang agung karena di dalamnya ada kebenaran hakiki yang berasal dari Tuhan. Kalau memang itu yang dimaksud dengan hati nurani, alangkah damainya kehidupan ini karena semua orang katanya memiliki hati nurani. Tetapi, kenapa dunia masih saja diisi dengan orang – orang yang gila kekuasaan, hanya mementingkan diri sendiri, setiap hari selalu ada kerusuhan dan peperangan yang setelah dilihat lebih dalam, kepentingan pribadi ada di balik kerusuhan dan peperangan yang terjadi. Tidak semuanya memang, tetapi jumlah orang – orng seperti itu tidak sedikit kalau tidak dikatakn banyak di dunia ini. Pertanyaan selanjutnya, apakah masih relevan pernyataan yang mengatakan setiap orang mempunyai hati nurani? Bukan bermaksud untuk menggurui atau merasa paling benar, tetapi sebagian orang sepertinya memang telah dengan rela menutup hati nuraninya hanya untuk memuaskan dorongan egonya dan menafikan tugas apa yang seharusnya manusia lakukan dalam kehidupannya di dunia. Diri ini pun sekarang juga masih dalam proses pencarian makna apa itu yang dimaksud dengan hati nurani, dan apa yang seharusnya dilakukan manusia dalam kehidupannya di dunia.
Begitu dalamnya sebagian orang mengubur hati nuraninya sehingga perkataan, tulisan dan suatu kisah yang menyentuh, bening dan terangnya cahaya kebenaran dari Tuhan ternyata juga tidak mampu untuk menggapai hati nurani, tidak mampu menyinarinya dan mengeluarkan dalam terangnya kebenaran. Bagaimana mau menggapai hati nurani, untuk menyapa saja rasanya sudah tidak mungkin. Yang membuat tidak nyaman, ternyata mereka bukanlah orang – orang bodoh, berbagi gelar berderet di depan dan di belakang nama, bahkan setiap hari berbicara dengan menggunakan kata – kata hati nurani. Atau lebih parah lagi, ada sebagian sahabat yang sudah tidak mampu, hidup dalam garis kemiskinan, tidak punya apa – apa tetapi juga tidak mempunyai hati nurani.
Hidup adalah sebuah pilihan, itu memang benar tetapi kalau dapat memilih suatu kebaikan, kenapa harus memilih suatu keburukan. Mungkin, hati nurani memang bukanlah sesuatu yang dapat didefinisikan atau diberi makna, tetapi sesuatu yang dapat dirasakan. Seseorang tidak akan dapat memberikan gambaran tentang hati nurani bagi orang yang telah mengubur dalam – dalam hati nuraninya. Sama seperti orang yang tidak dapat menggambarkan manisnya pisang pada orang yang belum pernah memakan buah pisah. Pisang memang manis, tetapi dikatakan manisnya seperti gula, tidak sama dengan gula. Dikatakan seperti manisnya buah mangga, pisang bukan mangga. Tetapi perlu dicatat, definisi hati nurani yang terakhir hanyalah definisi menurut penulis, boleh ditolak, dicaci maki atau mengganggap hal itu hanyalah pendapat orang bodoh, sah – sah saja mengukapkan pendapat di negei yang berdemokrasi seperti Indonesia.

Selasa, 10 Juni 2008

PENCIPTA, MANUSIA DAN BAHAGIA

PENCIPTA, MANUSIA DAN BAHAGIA

Oleh : Perdhana Ari Sudewo

Semakin hari, semakin jauh manusia dari dirinya sendiri. Permasalahan hidup dan tekanan hidup yang semakin sulit, pemenuhan kebutuhan yang dirasa semakin berat, kondisi perekonomian yang semakin tidak menentu sering dijadikan alasan kenapa untuk mengenal diri sendiri saja seperti tidak ada waktu. Sebagian orang bahkan tidak bisa menerima kondisi dirinya sendiri sehingga setiap hari pekerjaannya hanyalah membandingkan dirinya dengan orang lain dan berkata, seandainya aku bisa seperti mereka pasti aku akan lebih baik lagi, seandainya bentuk tubuhku lebih cantik sedikit saja pasti aku akan lebih bahagia, kenapa sih aku diciptakan berbeda dengan mereka? Dan masih banyak keluhan dan omelan lagi yang keluar dari mulut orang-orang jenis ini.

Satu hal yang sering didambakan setiap orang adalah sebuah kebahagiaan hidup. Berbagai cara dilakukan setiap orang untuk mendapatkan hal yang dinamakan “kebahagiaan”. Ada yang menganalogikan kebahagiaan itu dengan harta, jadi mereka yang mempunyai harta banyak akan bahagia dan yang “kere” tidak bahagia. Ada yang mengatakan kebahagiaan itu dekat sekali dengan rasa syukur, walaupun kita tidak mempunyai harta tetapi asal kita bisa mensyukuri apa yang kita punyai, maka kita akan bahagia. Ada yang mengatakan kebahagiaan itu berteman dengan kepuasan hidup. Ada yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu syaratnya adalah sebuah kesempurnaan. Ada yang berpendapat letak kebahagiaan itu ada diluar diri kita sehingga kita harus mencari kebahagiaan itu diluar diri kita. Ada yang mengatakan letak kebahagiaan itu ada dalam diri kita, diri setiap orang sehingga tidak perlu pergi kemana-mana untuk mencari kebahagiaan, cukup sendiri berdialog dengan diri, masuk dalam diri kita sendiri dan mencari kebahagiaan itu. Ada lagi yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu ada diluar dan didalam diri kita dan keduanya harus seimbang.

Kebahagiaan memang tidak sama dilhat dari masing-masing kacamata orang. Tetapi, apapun pendapat tentang kebahagiaan dan apa saja yang dikatakan dan dilakukan mereka, semua wajib dihormati karena memang tiap orang diciptakan berbeda. Sama seperti orang-orang yang mempunyai pandangan sendiri-sendiri tentang kehidupan dan kebahagiaan, saya pun juga mempunyai pandangan sendiri tentang kehidupan dan kebahagian. Manusia dilahirkan jauh setelah dunia dan kehidupan ini ada, tidak mungkin sesuatu itu ada tanpa ada yang menciptakan atau faktor penyebab sesuatu itu ada. Begitu juga dengan hidup ini, pasti ada yang menciptakannya dan berarti Dia yang menciptakan adalah yang menguasai dan memiliki kehidupan.

Orang yang menciptakan suatu barang pasti mengerti spesifikasi barang yang diciptakannya, kalau barang itu rusak pasti akan lebih mudah diperbaiki dan tentunya hasilnya akan lebih bagus kalau orang yang menciptakannya sendiri yang memperbaikinya. Begitu juga dengan kehidupan ini, Sang Pencipta kehidupan telah menciptakan kehidupan ini lengkap dengan komponen – komponen yang menyertainya. Ada kebahagiaan dan penderitaan, ada tawa dan tangis, ada senyum dan cemberut, ada kesejahteraan dan kesengsaraan, ada laki-laki dan perempuan dan masih banyak lagi komponen lain yang menyertai terciptanya kehidupan ini. Satu hal yang patut kita renungkan dan kita mengerti adalah apa yang sebenarnya dicari manusia, bahkan manusia itu sendiri, hanyalah bagian dari komponen-komponen yang diciptakan Sang Pencipta yang menyertai terciptanya kehidupan. Kalau kita adalah salah satu dari ciptaanNya, maka untuk mendapatkan suatu kebahagiaan maka akan lebih tepat kalau kita mengembalikanNya kepada Sang Pencipta diri kita dan Sang pencipta Kebahagiaan itu.

Sebelum itu, tentunya kita harus mengenal Sang Pencipta itu terlebih dahulu. Mana mungkin mengembalikan suatu barang pada penciptanya kalau penciptanya sendiri kita tidak tahu siapa orangnya. Sang Pencipta itu sering orang – orang menyebutnya dengan sebutan Allah SWT, atau ada lagi orang yang menyebutnya dengan sebutan Tuhan, walaupun kadang ini juga mengalami kerancuan yang dimaksud tuhan itu tuhan yang mana. Apakah Tuhan yang dimaksud tersebut sama dengan Allah SWT ataukah ada tuhan yang lainnya menurut orang yang menyebutnya tadi. Kembali lagi, itu adalah pandangan orang dengan kaca matanya sendiri-sendiri.

Dapat diambil suatu benang merah bahwa letak kebahagiaan itu ada pada Tuhan, Allah SWT yang menciptakan kebahagiaan. Saat dekat denganNya berarti juga kita sudah dekat dengan apa yang dinamakan kebahagiaan, tetapi saat kita jauh dariNya, kita pun juga jauh dari apa yang dinamakan kebahagiaan. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa orang itu sudah bahagia walaupun merasa tidak dekat dengan Allah, yang terjadi sesungguhnya adalah Allah itu yang dekat dengan mereka tetapi mereka tidak menyadari akan hal tersebut. Biasanya kalau mereka tidak juga menyadarinya, kebahagiaan itu pasti tidak akan hinggap pada mereka dalam jangka waktu yang lama. Allah memang ada dimana-mana, kemanapun manusia memandang maka disitu ada Allah, bahkan Allah itu lebih dekat dari urat nadi sekalipun.

Mengenai caranya agar kita lebih dekat lagi dengan Allah, sudah ada caranya sendiri. Salah satunya adalah dengan kita bersyukur. Karena hanya dengan syukur kita merasa bahwa kita tidak kekurangan, hanya dengan syukur kita merasa bahwa hidup ini sudah cukup sehingga yang ada hanyalah kebahagiaan karena merasa Allah telah memberikan karuniaNya, hanya dengan syukur kita akan jauh dari nafsu dan rasa tidak puas, dan hanya dengan syukur kita bisa mengetahui kenapa kita diciptakan di dunia ini untuk mengarungi sebuah samudera yang dinamakan kehidupan.

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup, tidak ada yang namanya keberuntungan. Semuanya telah diatur oleh Allah, tetapi dibalik itu semua Allah juga menyuruh kita untuk mencari dan berusaha. Sama seperti kalau kita ingin mengadakan suatu acara, kita disuruh untuk mempersiapkan acara itu, menyusun rencana, menganggarkan biaya dan membuat proposal yang kemudian proposal itu diajukan kepada orang – orang terkait dengan harapn kegiatan itu dapat disetujui dan diizinkan untuk dilaksanakan. Itu kalau dalam lingkup antar manusia, mungkin hal tersebut juga sama dihadapan Allah, hanya saja yang membedakan hanyalah tingkat ketaqwaan orang – orang tersebut, termasuk juga seberapa besar rasa syukurnya kepada Allah. Dalam tataran kehidupan pun, ada beberapa hal yang memang itu sudah menjadi ketentuan Allah, misalnya kematian. Tetapi ada juga hal lain yang memang manusia harus mencarinya, salah satunya adalah kebahagiaan hidup. Kita pun disuruh untuk berusaha, berencana, mengajukan permohonan dan tidak berpangku tangan karena menganggap kalau semua ini sudah ada yang mengaturnya. Allah nanti tinggal mengizinkan apakah rencana dan usaha kita itu dapat terlaksana atau tidak, apakah permohonan kita itu dapat disetujui atau tidak oleh Allah.

Saat seseorang meminta sesuatu pada orang lain, pasti orang yang dimintai itu ada pertimbangan lain yang menyebabkan permintaan tersebut dipenuhi atau tidak. Bisa dengan melihat seberapa serius orang tadi meminta, atau melihat seberapa besar usaha dari orang yang meminta tersebut. Kecuali kalau orang yang meminta tadi sudah dekat dengan orang yang dimintai, ada pertimbangan lain untuk memutuskan permintaan tersebut dipenuhi atau tidak. Begitu juga apabila orang yang meminta tersebut adalah orang yang disukai oleh orang yang dimintai, pasti orang yang dimintai akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan tersebut.

Begitu juga saat kita meminta dan memohon kepada Allah, ada pertimbangan-pertimbangan yang mempengaruhi apakah permintaan dan permohonan kita tadi disetujui atau tidak oleh Allah. Allah memang Maha Penyayang sehingga permintaan setiap hambanya pasti akan dikabulkan, tetapi Allah akan lebih mudah mengabulkan permohonan dari orang – orang yang dekat dengan Allah, mengingat Allah saat pagi dan sore hari dan selalu melakukan perbuatan yang disukai oleh Allah.

Itu semua hanyalah sebuah pendapat dan pandangan tentang kebahagiaan dari penulis jadi sah – sah saja kalau ada orang yang tidak setuju dengan pandangan tadi. Ada orang – orang yang sudah begitu dekatnya dengan Allah sehingga dia adalah orang yang sangat bahagia, tetapi tidak sedikit orang yang jauh dari Allah sehingga setiap hari yang dirasakan hanyalah susahnya hidup, penderitaan dan keluhan tidak pernah berhenti dari mulut orang-orang tipe ini. Penulis disini sadar bahwa penulis juga sama dengan kebanyakan orang yang masih mencari kebahagiaan dan berusaha untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada Sang pemilik kebahagiaan.

PEMERKOSAAN DAN PEMBUNUHAN PIKIRAN

Oleh : Perdhana Ari Sudewo

Manusia diciptakan dengan software dan hardware yang luar biasa, lengkap dengan instalasi pemograman dan potensi yang tidak terhingga. Otak sebagai hardware dilengkapi dengan 12-15 juta sel saraf merupakan sebuah modal yang lebih dari cukup untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran dan ide-ide baru yang luar biasa. Potensi yang luar biasa tersebut seringkali mati, terbunuh dengan teori-teori canggih yang didapatkan dari bangku sekolah maupun institusi formal lainnya yang menjadikan otak sebagai mesin foto copy ide orang lain.

Bukan bermaksud untuk menjadi orang yang anti teori. Tidak ada juga sebuah ide dan hasil pemikiran yang murni original. Semuanya merupakan hasil hubungan dan gabungan ide-ide lama yang dibungkus dengan format baru. Tetapi, dengan menjadikan otak hanya sebagai mesin foto copy orang lain, memperkosanya sehingga pemikiran tidak berkembang juga merupakan tindakan yang kurang tepat. Orang seringkali tidak sadar bahwa pikirannya telah diperkosa dengan sebuah pemikiran orang lain atau teori orang lain, padahal belum ada sebuah ide pemikiran atau teori yang multi dimensi dan dapat diterapkan pada semua situasi dan kondisi.

Lihat teori Maslow tentang hierarki kebutuhan yang telah menjadikan manusia tidak pernah puas dengan kehidupannya. Teori Freud tentang psikoanalisis yang menjadikan orang-orang hanya berorientasi pada insting seksual. Teori Pavlov tentang behavioristk yang menjadikan orang seperti robot. Tidak sedikit orang yang mempercayai sepenuhnya semua teori diatas. Pemikiran terhenti karena merasa kebutuhan dasarnya belum terpenuhi sehingga hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Orang mengalami cemas dan depresi langsung dihubungkan dengan regresi pemenuhan kebutuhan seksual dimasa kecil yang belum terpenuhi. Orang tidak akan bekerja sebelum diberi imbalan uang. Begitu sempitnya pemikiran-pemikiran model tersebut.

Selain pembunuhan pemikiran oleh teori orang lain, model hidup yang meletakkan angka dan prediksi masa depan sebagai landasan dalam bertindak seperti yang dilakukan orang kebanyakan saat ini juga merupakan salah satu modus pemerkosaan dan pembunuhan pemikiran. Grafik dijadikan satu-satunya pedoman untuk berfikir dan menentukan langkah hidup esok hari. Sebagian yang lain justru menambahi dengan prediksi dan ramalan yang semakin membunuh potensi pikiran untuk berkembang. Orang membentuk dirinya hanya dari sebuah ramalan dan menyesuaikan diri berdasarkan sebuah ramalan. Metode hidup antisipasi menjadi sebuah kewajiban dan inovasi menjadi mati.

Kalau ramalan dan prediksi tersebut terbukti, mungkin tidak akan menjadi sebuah masalah. Tetapi akan berbeda apabila ramalan dan prediksinya salah sehingga antisipasnya juga salah, bukankah hal tersebut menjadikan manusia sebagai korban kesalahan dua kali. Korban kesalahan meramalkan dan korban kesalahan antisipasi. Mengapa bangsa Indonesia selalu jalan ditempat, salah satunya mungkin disebabkan oleh orang-orang korban kesalahan dua kali tersebut. Inovasi terhenti karena pikiran telah diperkosa oleh ramalan masa depan, fokus pada antisipasi menjadi sebuah gaya hidup yang wajib dijalani dan kegiatan mencipta tidak pernah dilakukan lagi.

Belum lagi pemerkosaan pikiran dengan modus kiat, jurus, strategi jitu yang ditawarkan beberapa orang. Telah diungkapkan diawal bahwa tidak ada suatu ide atau teori yang dapat digunakan dalam segala situasi dan kondisi. Manusia sekarang cenderung senang dan merasa telah berbuat yang terbaik saat mampu mempraktikan kiat atau jurus-jurus jitu yang ditawarkan orang lain. Bukan ingin menjelek-jelekkan orang-orang yang menawarkan kiat dan jurus jitu, mereka semua adalah orang-orang luar biasa dalam kehidupannya. Didorong oleh rasa hormat terhadap mereka, kegiatan memfoto copy pemikiran coba dihilangkan dan digantikan dengan kegiatan inovasi dan mencipta sehingga rumus sukses tidak cuma sejumlah orang mengemukakan kiat dan jurus sukses, tetapi menjadi sejumlah jumlah manusia di dunia. Berhenti memfoto copy juga berarti berhenti menciptakan manusia yang sama dan manusia rata-rata.

Sejarah kemajuan diwarnai oleh orang-orang yang memiliki pemikiran berbeda. Tidak jarang mereka yang menciptakan inovasi dan kemajuan saat ini dianggap berfikir keliru pada zamannya. Ide manusia dapat terbang dulu dianggap gila dan kurang waras. TV dibilang sebagai kotak aneh yang akan segera ditinggalkan dan Telepon kabel sebelumnya dianggap sebagai barang yang tidak berguna. Sekarang pesawat terbang dan TV menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Telepon justru berkembang menjadi ponsel yang tidak membutuhkan kabel untuk menggunakannya. Apa jadinya kalau orang-orang yang mencipta tersebut pemkirannya diperkosa oleh zamannya dan ramalan masa depan pada waktu itu, mungkin selamanya manusia memang tidak akan terbang dan komunikasi tidak akan selancar saat ini.

Tidak ada yang salah pada katak yang merindukan bulan. Tidak ada yang salah dengan pungguk yang merindukan bulan, dan tidak juga salah untuk berfikir menjadi seorang yang besar, memiliki pemikiran besar dan membuat perubahan besar. Sejarah telah mencatat hanya mereka yang mampu untuk berfikir beda, berfikir besar dan mampu membebaskan pikiran dari konsep-konsep dan penjara-penjara pemikiran yang mampu mengukir tinta emas sejarah.

Dalam psikologi dikatakan bahwa jumlah teori kepribadian adalah sebanyak jumlah manusia yang ada. Jumlah sidik jari juga sejumlah manusia yang ada. Seharusnya jumlah ide pemikiran inovasi untuk mencipta dan mengentaskan Indonesia dari permasalahan bangsa seharusnya juga sejumlah penduduk Indonesia. Pola fikir sama layaknya barisan tentara yang selama ini ditanamkan kepada seluruh warga negara Indonesia sudah saatnya dirubah menjadi pemikiran permainan sepak bola yang dengan keberagaman dapat menghasilkan harmonisasi permainan.

Kegiatan memproduksi manusia satu paradigma saatnya diganti menjadi kegiatan mencipta manusia komprehensif yang mempunyai multi paradigma berfikir. melawan arus pemikiran juga bukan sesuatu yang dilarang. Disaat semuanya maju kedepan, tidak ada salahnya apabila mundur kebelakang agar penglihatan semakin luas, tidak hanya melihat dari satu sisi tapi dari berbagai sisi untuk melihat keseluruhan seluk beluk keindahan dari sebuah rumah karena hanya cat putih yang dilihat saat terlalu dekat melihat rumah tersebut.

PENJAJAHAN EKONOMI DAN POLITIK DEVIDE ET IMPERA

Oleh : Perdhana Ari Sudewo

Melihat permasalahan bangsa yang akhir – akhir ini diwarnai dengan konflik horizontal, terutama pada hal – hal yang menyangkut SARA mengingatkan kita pada masa penjajahan Belanda dengan politiknya devide et impera atau politik adu domba. Dengan tidak disadari oleh bangsa Indonesia, sebenarnya Indonesia sedang dijajah untuk yang kesekian kalinya, hanya bedanya kalau dahulu bangsa Indonesia dijajah langsung secara fisik dan kekerasan, penjajahan kali ini lebih halus dari itu. Penjajahan sekarang ini adalah sebuah penjajahan pemikiran, ideologi dan penjajahan ekonomi, terlihat dengan berbagai konflik horizontal yang apabila ditilik lebih dalam berakar pada masalah ideologi dan juga penguasaan sektor – sektor ekonomi oleh bangsa asing, dan anehnya Indonesia justru senang dengan penjajahan itu dengan ramai – ramai menjual aset negara dan BUMN ke bangsa asing.

Ini memang hanyalah analisis dari seorang yang masih awam pengetahuannya tentang dunia politik dan perekonomian, apalagi masalah ideologi yang lebih kompleks lagi. Tetapi, bukan berarti orang awam seperti penulis tidak boleh berpendapat ditengah – tengah negeri demokrasi Indonesia, yang katanya menghargai pendapat setiap warganya. Untuk lebih jelasnya, marilah kita lanjutkan diskusi ini.

Pertama, marilah kita membicarakan mengenai sejarah. Dari zaman dahulu Indonesia sudah terbiasa dengan kekuasaan asing di tanah Indonesia, dan parahnya hal ini selalu terulang dan mungkin akan terus berulang. Kita awali diskusi ini dengan sebuah ramalan dari Empu Sedah. Beliau hidup zaman Raja Jayabaya yang memerintah Kerajaan Daha, dalam tulisannya dia mengatakan :”Sebuah revolusi dipulau jawa akan timbul, dipimpin oleh orang kulit kuning dan memperoleh kemenangan buat beberapa lama”. Secara tidak langsung, Empu Sedah ingin mengatakan bahwa orang asing akan memimpin Jawa, tepatnya menguasai perekonomian. Kenyataan mengatakan memang benar, orang asinglah yang menguasai perekonomian Indonesia, dan tidak sedikit orang – orang pribumi justru memanfaatkan itu untuk memperkaya diri sendiri dan bukannya melawannya.

Entah sudah menjadi kebudayaan atau apa, tetapi sepertinya hal tersebut terulang kembali saat ini. Di era globlisasi saat ini, entah siapapun presidennya semuanya ramai – ramai menjual aset negara dan BUMN kepada pihak asing dengan dalih privatisasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa privatisasi dilakukan untuk mengembangkan teknologi agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain. Entah apapun dalihnya, yang jelas hal tersebut berarti negara telah menyerahkan perekonomian Indonesia kepada pihak asing yang artinya membiarkan pihak asing dapat dengan leluasa membuat kebijakan perekonomian dalam negeri yang nantinya berimbas kepada masyarakat Indonesia, terutama kepada anak cucu bangsa Indonesia. Apabila dalihnya adalah pengembangan teknologi, hal tersebut justru mengindikasikan bahwa pemerintah ingin menyampaikan kepada publik bahwa sistem pendidikan Indonesia telah gagal menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sehingga untuk mengembangkan teknologi harus diserahkan kepada pihak asing. Pertanyaan selanjutnya, apa yang dapat diharapkan bangsa Indonesia dari SDM yang bobrok akibat kegagalan pemerintah dalam membina SDM-nya? Selajutnya, apakah bangsa Indonesia masih layak disebut sebagai bangsa yang merdeka apabila kenyataannya perekonomian dalam negeri telah dikuasai pihak asing?

Kedua, marilah kita belajar dari penjajah bangsa Indonesia. Pelajaran sejarah di SD telah menjelaskan bahwa Belanda mengunakan politik devide et impera atau politik adu domba untuk memecah belah bangsa Indonesia. Dapat dilihat runtuhnya kerajaan Majapahit, Mataram, Demak yang semuanya hancur karena perang saudara yang apabila ditilik lebih jauh, ada orang – orang asing yang berada di balik itu semua. Melihat fenomena permasalahan bangsa, kerusuhan, kekerasan dan konflik horizontal yang terjadi di Indonesia akhir – akhir ini bukan tidak mungkin hal tersebut merupakan hasil politik devide et impera kedua yang diterapkan di Indonesia yang hanya menguntungkan bagi segolongan orang, dapat berasal dari dalam negeri atau luar negeri.

Apabila mau melihat dengan kejernihan mata dan hati, semua orang yang berkonflik tersebut adalah sama – sama warga negara Indonesia, masih saudara yang ternaungi oleh semboyan bhineka tunggal ika. Sebagian justru merupakan konflik antar umat seagama. Kita dapat melihat konflik di tubuh PKB, konflik MONAS, UNAS sampai beberapa kerusuhan pilkada, mereka semua yang berkonflik bukanlah orang asing. Pemilihan kepala daerah secara langsung yang katanya merupkn aplikasi sebuah demokrasi bukan tidak mungkin dijadikan sekelompok orang untuk mengadu domba antar warga Indonesia. Yang membuat lebih prihatin, mereka melakukan itu semua dengan senang hati dengan tidak menyadari bahwa mereka semua sebenarnya hanyalah sebuah korban dari kepentingan sekelompok orang.

Ternyata bangsa Indonesia memang bukanlah bangsa yang dewasa yang mampu belajar dari masa lalu kalau tidak mau dikatakan bangsa anak – anak. Terlalu dini mengatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, karena untuk menghormati pahlawannya saja sepertinya bangsa ini tidak mampu. Bangsa ini terus dan terus mengulangi kesalahan di masa lalu.

Minggu, 08 Juni 2008

selamat datang

selamat datang untuk semuanya dan untukku di dunia maya. selamat bergabung semuanya, sambungannya lain kali saja yaaaa......